Karya : Icetea Juicy (XII-IPA2)
Kukuruyyuuukkk….
Kukuruyuuukkk…………
Terdengar
sahutan ayam yang memaksa ku untuk kembali memulai aktivitas. Saat itu jam 6
pagi. Belum lagi mengangkat kepala dari bantal, aku langsung meraba sesuatu di
atas kepalaku.
“yap,
ini dia”batinku.
Perlahan
kubuka mataku dan dengan lincahnya mengutak atik benda canggih di tanganku.
Akupun terhubung dengan dunia maya yang biasa dibilang orang Facebook.
Pemberitahuan yang kosong membuat ku memalingkan mata melihat status teman di
berandaku. Kusimak setiap tulisan disana. Sesaat pandanganku tersita oleh sebuah status yang
bertuliskan,
“ Jangan mengawali pagi dengan
amarah. Karena pagi itu indah”
“maksudnya apa ? kenapa rupanya
?”pikirku bingung.
Baru
saja hendak menuliskan komentar apa yang memutar di pikiranku sahutan mama
terdengar begitu keras. Aku pun tersentak dan segera bangkit.
“ya ampun, jam 07.00”seruku.
Aku
langsung mengambil sikap buru-buru. Hampir saja aku membuat handbody di mukaku.
Waaaaaa……
Selesai
beres-beres, aku sigap mengambil handphone di atas tempat tidur dan berjalan
menuju meja makan. Kamar terlihat seperti kapal pecah saat aku meninggalkannya.
* * * * *
“Daritadi dibanguni gak
mau bangkit, asik hape aja yang di pegangi, masih lagi pagi. Uda gadis lo ty.
Kalo bangun itu langsung mandi biar gak terburu-buru . Ini gak.Kalau uda telat
gini mau apa lagi?” bantai mama dengan omongannya.
Aku
mencoba tetap tenang walaupun di dalam sudah berkecambuk bingung. Semua rasa
menjadi satu. Takut, was-was, galau, dan masih kepikiran dengan maksud status
tadi.
Tiba-tiba Bapak datang dari luar.
“uda Ma, gak bagus marahin anak
pagi-pagi”
Aku
terdiam dan teringat status tadi.
“kenapa Pak ?”tanyaku pada Bapak
yang kemudian duduk di sampingku.
“iya Tyta, pamali kata orang”
“hallaa,
gak percaya deh yang gituan Pak” ujarku sambil beranjak dari meja makan.
“Pak,
Ma, aku pigi yaa”
Usai
menyalami mereka, aku berlari ke simpang jalan, menunggu bus ke sekolah. Ku lirik
jam dan membuat ku semakin ketakutan. Merasa tidak ada bus lagi, aku pun
mencoba berjalan dan sesekali melihat ke jalan. Saat melewati genangan air,
tiba-tiba ada motor dengan kecepatan tinggi lewat di sampingku. Dan…..
“huaaaaaaaaaaaaaaaa……. Hati-hati
dong woyyy” teriakku kencang.
“soryyy Tyta.” Seru Dony dari
kejauhan sambil tertawa.
“ahhh, sial . mimpi apa tadi malam.
Telat gini, kecipratan air lagi sama anak kepala sekolah yang badung itu, ah bakalan apalagi coba yang
nimpa aku nanti”gerutuku.
Sambil
membersihkan noda di rokku, ada sebuah mobil berhenti di sampingku. Dia pun
membukakan kaca mobilnya,
“Pak Diko”
“ayo, naik nak” ujar kepala sekolah
ku.
******
“Makasih ya Pak”
“Iya, jangan suka telat lagi ya”
balasnya ramah.
Aku
hanya tersenyum malu dan menuju kelas. Sesampai di depan kelas, aku langsung
mengetuk pintu, berharap dapat izin masuk. Ya ampun, les pertama biologi.. Aku
pasrah.
“tok..tok…tokkk”
Bapak
itu tidak melihat. Aku mencoba mengetuknya lebih keras lagi.
“tok..tok….tokk.ttttttokkkkkkkk”
“TUNGGU DILUAR!!!!” serunya lantang.
“yap, yang ketiga”
Dengan
sedikit menyesal aku menunggu di bawah pohon di depan kelas. Orang yang sedang
pelajaran olahraga berlalu lalang di depanku. Aku semakin membisu.
Bel pergantian les berbunyi. Aku pun
masuk ke kelas dan duduk lemas di bangku yang sedari tadi kosong. Belum lagi
bernapas lega, Pak Beni sudah datang dan menyuruh mengumpulkan tugas.
“Kiamaattt sudah” teriakku.
“ kenapa Tyta?” Tanya sebangkuku.
“buku Pr ku tinggal”
Aku
pun maju ke depan dan menjelaskan Pr ku tinggal . Seperti biasa, hukuman dari
Pak Beni yang begitu menguras malu, “Menghormat Tiang Bendera” .. Tanpa
basa-basi bapak itu mengantarkan aku ke tengah lapangan.
“Gilak,
Cuma aku yang gak bawa PR. Jarang banget gini. Lengkap sudah”
Keadaan
semakin memburuk, di leher ku digantungin,
SAYA
BERJANJI AKAN RAJIN MEMBUAT PR !
Yang
ada dipikiranku saat itu hanya harapan semoga Kakak kelas idolaku itu tak
melihatku disini.
Untung
tak dapat di raih, malang tak dapat ditolak. Kak Petra lewat. Oh Tuhan, dimana
mukaku ini. Mau liat malu, gak liat nyesel. Tanpa pikir ribet lagi, aku pun
menundukkan kepala. Huh, kalau seperti ini , ini namanya sial, sejuta sial.
Hari keramat.
“Tyta….” Teriak seorang dari
kerumunan Kak Petra.
Aku
berusaha tidak mendengar. Dia pun mendekati ku.
“Ini belum 2012 kan?” tanyaku sambil
melotot padanya.
Dia
mengerti maksudku dan pergi kembali bergabung dengan kak Petra… Mereka pun
berlalu.
Sudah hampir satu jam aku berdiri,
akhirnya aku pun terjatuh dan pingsan. Saat aku tersadar, aku melihat
sekelilingku . Tampak disitu anak PMR yang sedari tadi menungguku.
“Kak Rere…..” seruku pelan.
“Uda sadar Tyta. Masih pusing gak,
bentar kakak beli roti ke kantin ya”
“Jangan kak, gak perlu. Oya,kakak
yang tadi pagi buat status tentang, jangan marah-marah di pagi hari itu ya?”
“Hehe..”tawanya kecil sambil
menganggukkan kepala.
Aku
membalas dengan senyuman.
“Maksudnya apa ya kak? Kenapa di
pagi hari itu gak boleh marah?” tanyaku bingung.
“Iya dek. Jadi pagi itu kan awal
dari segalanya. Kalau awalnya saja sudah tidak enak hati, bagaimana
selanjutnya.. bahkan yang ada hanya timbunan kesialan yang harus kita hadapi.”
ujarnya.
“Tapi kalau kita yang dimarahi
gimana kak?” tanyaku lagi.
“Sama aja sayang, semua sama-sama
merusak pagi kita. Pagi itu anugerah dari Tuhan, jadi kalau kita merusak
anugerahnya, kita akan sulit menerima anugerah yang telah disediakan lainnya.
Selain itu, marah ataupun dimarahin di pagi hari hanya membuat pikiran kacau,
dan semua akan berantakkan.” jelasnya panjang lebar.
Pikiranku
pun mulai melayang dari kejadian tadi pagi. Pagi hari telingaku sudah dipenuhi
dengan omelan mama. Dan aku pun mulai mengaitkannya dengan setiap kesialan yang
kualami hari ini.
“Hm..jadi mentari pagi itu sangat
berarti ya kak, makanya harus diistimewakan sekali. Marah aja pun harus di
tunda nanti siang la ya kak. Haha ” Candaku.
Kami
berdua pun tertawa kecil .
Kini
ku mengerti apa yang harus dilakukan di pagi-pagi. Yap, mengucap syukur dan
jangan marah-marah…
0 komentar:
Posting Komentar