Rabu, 11 April 2012
0 komentar

Menghargai Mentari Pagi

14.03


Karya : Icetea Juicy (XII-IPA2)
Kukuruyyuuukkk…. Kukuruyuuukkk…………
Terdengar sahutan ayam yang memaksa ku untuk kembali memulai aktivitas. Saat itu jam 6 pagi. Belum lagi mengangkat kepala dari bantal, aku langsung meraba sesuatu di atas kepalaku.
“yap, ini dia”batinku.
Perlahan kubuka mataku dan dengan lincahnya mengutak atik benda canggih di tanganku. Akupun terhubung dengan dunia maya yang biasa dibilang orang Facebook. Pemberitahuan yang kosong membuat ku memalingkan mata melihat status teman di berandaku. Kusimak setiap tulisan disana. Sesaat  pandanganku tersita oleh sebuah status yang bertuliskan,
            “ Jangan mengawali pagi dengan amarah. Karena pagi itu indah”
            “maksudnya apa ? kenapa rupanya ?”pikirku bingung.
Baru saja hendak menuliskan komentar apa yang memutar di pikiranku sahutan mama terdengar begitu keras. Aku pun tersentak dan segera bangkit.
            “ya ampun, jam 07.00”seruku.
Aku langsung mengambil sikap buru-buru. Hampir saja aku membuat handbody di mukaku. Waaaaaa……
Selesai beres-beres, aku sigap mengambil handphone di atas tempat tidur dan berjalan menuju meja makan. Kamar terlihat seperti kapal pecah saat aku meninggalkannya.

* * * * *
“Daritadi dibanguni gak mau bangkit, asik hape aja yang di pegangi, masih lagi pagi. Uda gadis lo ty. Kalo bangun itu langsung mandi biar gak terburu-buru . Ini gak.Kalau uda telat gini mau apa lagi?” bantai mama dengan omongannya.
“iya..iya. masih jam 8 kok ma” ujarku santai.
Aku mencoba tetap tenang walaupun di dalam sudah berkecambuk bingung. Semua rasa menjadi satu. Takut, was-was, galau, dan masih kepikiran dengan maksud status tadi.
            Tiba-tiba Bapak datang dari luar.
            “uda Ma, gak bagus marahin anak pagi-pagi”
Aku terdiam dan teringat status tadi.
            “kenapa Pak ?”tanyaku pada Bapak yang kemudian duduk di sampingku.
            “iya Tyta, pamali kata orang”
“hallaa, gak percaya deh yang gituan Pak” ujarku sambil beranjak dari meja makan.
“Pak, Ma, aku pigi yaa”
Usai menyalami mereka, aku berlari ke simpang jalan, menunggu bus ke sekolah. Ku lirik jam dan membuat ku semakin ketakutan. Merasa tidak ada bus lagi, aku pun mencoba berjalan dan sesekali melihat ke jalan. Saat melewati genangan air, tiba-tiba ada motor dengan kecepatan tinggi lewat di sampingku. Dan…..
            “huaaaaaaaaaaaaaaaa……. Hati-hati dong woyyy” teriakku kencang.
            “soryyy Tyta.” Seru Dony dari kejauhan sambil tertawa.
            “ahhh, sial . mimpi apa tadi malam. Telat gini, kecipratan air lagi sama anak kepala sekolah yang  badung itu, ah bakalan apalagi coba yang nimpa aku nanti”gerutuku.
Sambil membersihkan noda di rokku, ada sebuah mobil berhenti di sampingku. Dia pun membukakan kaca mobilnya,
            “Pak Diko”
            “ayo, naik nak” ujar kepala sekolah ku.

******
            “Makasih ya Pak”
            “Iya, jangan suka telat lagi ya” balasnya ramah.
Aku hanya tersenyum malu dan menuju kelas. Sesampai di depan kelas, aku langsung mengetuk pintu, berharap dapat izin masuk. Ya ampun, les pertama biologi.. Aku pasrah.
            “tok..tok…tokkk”
Bapak itu tidak melihat. Aku mencoba mengetuknya lebih keras lagi.
            “tok..tok….tokk.ttttttokkkkkkkk”
            “TUNGGU DILUAR!!!!” serunya lantang.
            “yap, yang ketiga”
Dengan sedikit menyesal aku menunggu di bawah pohon di depan kelas. Orang yang sedang pelajaran olahraga berlalu lalang di depanku. Aku  semakin membisu.
            Bel pergantian les berbunyi. Aku pun masuk ke kelas dan duduk lemas di bangku yang sedari tadi kosong. Belum lagi bernapas lega, Pak Beni sudah datang dan menyuruh mengumpulkan tugas.
            “Kiamaattt sudah” teriakku.
            “ kenapa Tyta?” Tanya sebangkuku.
            “buku Pr ku tinggal”
Aku pun maju ke depan dan menjelaskan Pr ku tinggal . Seperti biasa, hukuman dari Pak Beni yang begitu menguras malu, “Menghormat Tiang Bendera” .. Tanpa basa-basi bapak itu mengantarkan aku ke tengah lapangan.
“Gilak, Cuma aku yang gak bawa PR. Jarang banget gini. Lengkap sudah”
Keadaan semakin memburuk, di leher ku digantungin,
SAYA BERJANJI AKAN RAJIN MEMBUAT PR !
Yang ada dipikiranku saat itu hanya harapan semoga Kakak kelas idolaku itu tak melihatku disini.
Untung tak dapat di raih, malang tak dapat ditolak. Kak Petra lewat. Oh Tuhan, dimana mukaku ini. Mau liat malu, gak liat nyesel. Tanpa pikir ribet lagi, aku pun menundukkan kepala. Huh, kalau seperti ini , ini namanya sial, sejuta sial. Hari keramat.
            “Tyta….” Teriak seorang dari kerumunan Kak Petra.
Aku berusaha tidak mendengar. Dia pun mendekati ku.
            “Ini belum 2012 kan?” tanyaku sambil melotot padanya.
Dia mengerti maksudku dan pergi kembali bergabung dengan kak Petra… Mereka pun berlalu.
            Sudah hampir satu jam aku berdiri, akhirnya aku pun terjatuh dan pingsan. Saat aku tersadar, aku melihat sekelilingku . Tampak disitu anak PMR yang sedari tadi menungguku.
            “Kak Rere…..” seruku pelan.
            “Uda sadar Tyta. Masih pusing gak, bentar kakak beli roti ke kantin ya”
            “Jangan kak, gak perlu. Oya,kakak yang tadi pagi buat status tentang, jangan marah-marah di pagi hari itu ya?”
            “Hehe..”tawanya kecil sambil menganggukkan kepala.
Aku membalas dengan senyuman.
            “Maksudnya apa ya kak? Kenapa di pagi hari itu gak boleh marah?” tanyaku bingung.
            “Iya dek. Jadi pagi itu kan awal dari segalanya. Kalau awalnya saja sudah tidak enak hati, bagaimana selanjutnya.. bahkan yang ada hanya timbunan kesialan yang harus kita hadapi.” ujarnya.
            “Tapi kalau kita yang dimarahi gimana kak?” tanyaku lagi.
            “Sama aja sayang, semua sama-sama merusak pagi kita. Pagi itu anugerah dari Tuhan, jadi kalau kita merusak anugerahnya, kita akan sulit menerima anugerah yang telah disediakan lainnya. Selain itu, marah ataupun dimarahin di pagi hari hanya membuat pikiran kacau, dan semua akan berantakkan.” jelasnya panjang lebar.
Pikiranku pun mulai melayang dari kejadian tadi pagi. Pagi hari telingaku sudah dipenuhi dengan omelan mama. Dan aku pun mulai mengaitkannya dengan setiap kesialan yang kualami hari ini.
            “Hm..jadi mentari pagi itu sangat berarti ya kak, makanya harus diistimewakan sekali. Marah aja pun harus di tunda nanti siang la ya kak. Haha ” Candaku.
Kami berdua pun tertawa kecil .
              Kini ku mengerti apa yang harus dilakukan di pagi-pagi. Yap, mengucap syukur dan jangan marah-marah…

0 komentar:

Posting Komentar

Hesty Sihotang. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Toggle Footer
Top