Senin, 27 Januari 2014
0 komentar

Refleksi Film Jokowi

09.37
Baru sesaat setelah saya selesai menonton film Indonesia favorit saya (baru menjuluki nya) "JOKO WIDODO" (mungkin judulnya seperti ini), aku terpikir untuk menulis refleksi dari film ini. Sebenarnya saya adalah fans dari "Jokowi" itu sendiri, dan usai melihat film ini saya semakin ngefans. Kehidupan jelata yang sudah dirasakannya sejak kecil, membangun dirinya menjadi sosok yang giat belajar. Sejak SD ia terus meraih prestasi di sekolahnya bahkan sampai perguruan tinggi, menjadi lulusan yang tercepat dari perguruan tinggi favorit di Indonesia. Kagum banget..

Dia juga terbiasa hidup dalam keragaman agama. Dalam film ini, dari kecil dia sudah mampu menghargai agama lain yang berbeda dengannya. Meskipun sangat menyukai musik rock, secara konsisten menabung uang untuk membeli kasetnya. Namun, ketika ada orang tua yang lagi membutuhkan uang, Joko (begitu sapaan dalam film ini), memberikan uang itu dan mengurungkan niat untuk membeli seluruh kaset rock. Nilai-nilai moral sudah tertanam baik sejak dia masih kecil.

The best part for me, ketika ayahnya berbicara kepadanya bahwa ayahnya tidak sanggup untuk menguliahkan jokowi. Saya teringat kata-kata Bapak saya, sewaktu itu kata-katanya hampir mirip. Bapak bilang, kalau dia hanya mampu menguliahkan saya jika itu hanya di Medan dan keguruan. Memang saya ingin menjadi guru, tapi dari dulu saya ingin ke Jawa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya hanya bisa menangis saat itu. Tetapi saya bertekad untuk mencari beasiswa dan kuliah di Jawa. Dan Puji Tuhan, sekarang saya menjalani perkuliahan di Univ.Pelita Harapan dengan jurusan Pendidikan Matematika. Tetapi perjuangan tidak sampai disini. Respon pun harus benar ketika sudah diberikan suatu tanggung jawab dari Tuhan untuk menjalani perkuliahan di Jawa ini. Fokus dan tetap berpegang teguh dalam iman kepada Yesus Kristus.

Dari film ini, memberikan satu pertanyaan kepada saya..
"Mau menjadi seperti apakah hidupmu kelak, berguna bagi bangsa dan Tuhanmu kah?

Inilah yang terus saya gumulkan.
Menjadi guru seperti apakah kamu kelak, Hesty?

Pagi ini, saya ada kuliah PSAL Math. Di tugas akhir nanti, aku ada microteaching. Ada perasaan aneh yang muncul, apakah benar saya akan menjadi seorang guru? Apakah saya siap dengan tugas dan tanggung jawab yang begitu besar? Berbicara saja saya masih bercampur dengan bahasa yang tidak membangun bahkan dalam pikiran saya masih seperti itu juga. Banyak sekali bagian yang rusak dalam diri saya. Saya berdoa, semoga Tuhan melihat saya, dan mengubahkan hidup saya.

Ini refleksi saya, semoga memberkati...

0 komentar:

Posting Komentar

Hesty Sihotang. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Toggle Footer
Top